Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.
Silahkan Membaca dan Menyimak
Orang-orang yang mengatakan surga Adam di langit mengatakan bahwa pendapat mereka ini berlandaskan pada sesuatu yang di fitrahkan oleh Allah s.w.t kepada hamba-Nya, yang hanya di ketahui oleh-Nya.
Jika persoalan itu merupakan kabar dari langit, maka kabar itu hanya dapat diketahui melalui para rasul. Kita dapat mengetahuinya dari Al-Qur'an, bukan dari akal atau fitrah.
Orang-orang yang mengatakan surga Adam di langit menyatakan berdalil dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Namun, coba carilah satu orang sahabat, tabi'in atau sebuah atsar yang sahih atau hasan, yang menerangkan bahwa surga Adam adalah Surga Khuldi yang dijanjikan oleh Allah untuk orang-orang bertakwa di Hari Kiamat nanti. Mereka pasti tidak akan mendapatkannya. Sebaliknya, pendapat para pendahulu justru menentang pendapat bahwa surga Adam adalah Surga Khuldi.
Dalam kisah Adam, surga tidak disebut sebagai sesuatu yang mutlak. Namanya saja yang sama dengan surga yang ditempati orang beriman nanti di akherat kelak.
Jika yang dimaksud dengan fitrah adalah sesuatu yang ditakdirkan Allah, maka dalilmu lemah. Jika yang dimaksud adalah bahwa Allah s.w.t memfitrahkan makhluk sedemikian rupa, sebagaimana Allah memfitrahkan baik dan buruk, adil dan zalim, dan lain sebagainya, maka klaimmu batal. Sebab, jika kita kembali ke fitrah kita, kita tidak serta-merta mendapatkan pengetahuan tentang surga Adam terletak di bumi, sebagaimana kita mengetahui kewajiban sesuatu yang wajib dan kemustahilan suatu mustahil.
Mengenai dalil hadis Abu Hurairah r.a. tentang perkataan Adam, ''Bukankah kalian dikeluarkan dari surga lantaran kesalahan bapak kalian ?'', menunjukkan ketidaksanggupan Adam untuk membantu membukakan pintu surga, karena telah melakukan kesalahan di dunia yang mengakibatkannya keluar dari surga.
Perkataan terakhir Adam berbunyi, ''Aku dilarang memakan buah satu pohon, namun aku memakannya.'' Dimanakah sisi dari hadis ini yang menunjukkan bahwa surga Adam adalah Surga Khuldi?
Juga ketika Musa a.s berkata kepada Adam a.s., ''Engkau telah mengeluarkan kami dan dirimu sendiri dari Surga.'' Di sini, Musa a.s tidak mengatakan, ''Engkau telah mengeluarkan kami dari Surga Khuldi.''
Ada yang mengatakan mereka keluar dari kebun serupa surga, yang terletak di bumi. Kebun itu dinamai surga. Hubungan antara kebun itu dengan surga Adam hanya diketahui oleh Allah s.w.t. Posisi keduanya di bumi masih memungkinkan perbedaan keduanya dalam banyak hal.
Orang-orang yang percaya bahwa surga Adam di langit berdalil dengan firman Allah s.w.t., ''Kami katakan, ''Turunlah kalian!'''' (QS. Al-Baqarah: 32), yang dikatakan saat Adam dan Hawa keluar dari Surga.
Kami katakan, bahwa kata hubuuth (turun) tak mengharuskan turun dari langit ke bumi. Tujuan penggunaan kata itu adalah untuk menunjukkan tindakan turun dari atas ke bawah. Sangatlah mungkin bila surga berada di dataran tinggi bumi, lalu Adam diminta turun ke permukaan bumi yang lebih rendah.
Perintah turun itu ditujukan untuk Adam, Hawa dan Iblis. Jika yang dimaksud turun adalah turun dari langit, maka Iblis tidak mungkin melakukan itu setelah dia diturunkan pertama kali, lantaran menolak sujud kepada Adam. Ayat itu menerapkan argumen yang paling jelas, yang tak perlu susah-payah untuk dijelaskan lagi.
Bumi adalah nama jenis. Mereka berada di tempat yang paling tinggi, paling enak dan paling utama. Di tempat yang tak mungkin menjadikan kita lapar dan kekurangan.
Perintah untuk turun dari situ meninggalkan semua hal tersebut. Di tempat baru itulah mereka hidup, mati dan dikeluarkan dari kuburan. Surga tempat tinggal mereka bukanlah tempat susah-payah, capek dan kerja keras, sakit dan semua hal yang menjengkelkan.
Orang yang percaya surga Adam adalah Surga Khuldi mengatakan bahwa Allah s.w.t menggambarkan ciri-ciri surga itu tidak seperti yang ada di bumi. Jawaban kami, sifat-sifat itu memang tidak terdapat di bumi tempat mereka diturunkan.
Mereka berkata, jika Adam tahu bahwa dunia itu fana, dan seandainya dia berada di surga yang sesungguhnya, maka Adam pasti tahu kebohongan Iblis yang mengatakan, ''Maukah kau kuberitahu tentang pohon khuldi.'' (QS. Thaahaa:120).
Jawaban kami atas persoalan itu ada dua:
Pertama, lafaz itu menunjukkan kepada kekekalan, yang lebih umum dari teru-menerus, tanpa keterputusan sama sekali.
Secara etimologis, ''khuldi'' berarti tinggal dalam waktu yang lama. Misalnya, kalimat rajulun mukhallid, untuk menyebut lelaki tua. Contoh lainnya, kata asaafish shukhur untuk menyebut orang-orang yang belajar dalam waktu lama.
Sinonim kata ''khuldi'' adalah sesuatu yang lama, meski punya permulaan, seperti firman Allah s.w.t, ''Sebagai bentuk tandan yang tua.'' (QS. Yaasiin: 39); ''Sungguh engkau tetap dalam kesesatanmu yang lama.'' (QS. Yusuf: 95); dan ''Ini adalah dusta yang lama.'' (QS. Al-Ahqaaf: 11). Allah telah memastikan keabadian di neraka sebagai azab bagi sejumlah pelaku maksiat, seperti pembunuh. Dan Rasulullah s.a.w menetapkan keabadian di neraka bagi orang bunuh diri. (36)
Kedua, pengetahuan tentang berakhirnya dunia dan hadirnya akhirat hanya didapat dari wahyu. Sementara Adam belum mendapatkan wahyu semacam itu. Allah s.w.t mengutus Adam sebagai nabi, memberikan wahyu dan suhuf setelah diturunkan di bumi. Hal itu sebagaimana disebutkan oleh hadis riwayat Abu Dzar(37), dan disebutkan oleh firman Allah s.w.t, ''Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa mengikuti petunjuk-KU, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka.'' (QS. Thaahaa:123).
Kata ''al-Jannah'' dalam bentuk ma'rifah tak dimaksudkan untuk menunjuk Surga Khuldi, sebagaimana firman Allah s.w.t, ''Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka (musyrikin Mekah) sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari.'' (QS. Al-Qalam: 17).
Jika anda mengatakan bahwa itu menunjukkan jannah (kebun/surga) di bumi, maka kami katakan bahwa surga Adam di bumi. Kami memastikan hal itu, karena kita tidak boleh untuk mengabaikan dalil yang sahih.
Jika anda berdalil dengan atsar dari Abu Musa bahwa Allah s.w.t mengeluarkan Adam dari surga dan membekalinya dengan buah-buahan surga, maka kami katakan bahwa atsar itu tidak menambah petunjuk Al-Qur'an. Atsar itu tidak serta-merta menunjukkan bahwa surga Adam adalah Surga Khuldi.
Jika anda mengatakan bahwa ini berubah, sedangkan itu tidak berubah, maka kami bertanya, dari mana landasan Anda mengatakan bahwa di surga yang di tempati Adam terjadi perubahan pada buah-buahannya. Telah ditetapkan di hadis sahih bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, ''Seandainya bukan karena Bani Israel niscaya daging tidak akan berubah dan busuk.'' (38)
Jika anda katakan bahwa Allah s.w.t telah menjamin Adam a.s. bahwa jika dia bertobat, maka dia akan dikembalikan ke surga, maka tidak dimungkiri bahwa persoalannya memang semacam itu. Namun jaminan itu tidak terkait dengan kembalinya Adam a.s. ke ''surga'' yang dulu itu, melainkan ke Surga Khuldi. Allah s.w.t selalu menepati janji-Nya.
Lafaz 'ada (kembali) persis ke kondisi pertama, baik waktu maupun tempatnya, bahkan tidak pula harus yang serupa dengannya. Hal itu sebagaimana yang dikatakan Nabi Syuaib a.s. kepada kaumnya, ''Sungguh kami telah mengada-ngadakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami daripadanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.'' (QS. Al-A'raaf: 89).
Demikianlah sanggahan pihak yang mengatakan surga Adam bukan Surga Khuldi terhadap pihak yang berseberangan dengannya.
Keterangan Nomer:
36. Hadis itu dikeluarkan oleh Bukhari (5778) dan Muslim (109) dari hadis Abu Hurairah R.A. Bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, ''Orang yang terjun dari gunung untuk bunuh diri akan berada di neraka Jahanam selamanya. Orang yang mengonsumsi racun untuk bunuh diri akan berada di neraka Jahanam selamanya. Orang yang bunuh diri dengan menusukkan besi ke perutnya akan berada di neraka selamanya.''
37. Hadis panjang yang dikeluarkan oleh Abu Naim di Al-Hulliyah 1/166-168. Baihaqi 9/4. Ibnu Hibban, Mawaarid, (94). Ath-Thabrani, Al-Kabiir Mukhtashar (1651). Sanadnya lemah. Lihat, Takriij Mawaariduzh Zham'aan, 1/196-198 karya Ustad Husain Salim Asad ad-Darami.
38. Al-BUKHARI (3330). Muslim (1470). Hadis itu berasal dari riwayat Abu Hurairah R.A.
Artikel Terkait
Rating Artikel Ini
Walhamdulillahi Rabbil'alamin